“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al Baqarah: 286).
Bila manusia diuji, Allah berjanji akan mengujinya sesuai dengan kemampuannya. Namun bila selama ini bencana-bencana yang ditimpakan jauh di luar kemampuan manusia, maka itu mungkin suatu pertanda bahwa (sebahagian) kita bukan sedang diuji, tetapi sedang diazab.
Bila manusia diuji, Allah berjanji akan mengujinya sesuai dengan kemampuannya. Namun bila selama ini bencana-bencana yang ditimpakan jauh di luar kemampuan manusia, maka itu mungkin suatu pertanda bahwa (sebahagian) kita bukan sedang diuji, tetapi sedang diazab.
Kesimpulan ini semakin jelas bila kembali mencermati sejarah umat manusia, khususnya yang mendapat azab Allah. Diturunkan banjir besar terhadap kaum Nabi Nuh, misalnya, jauh dari jangkauan manusia. Demikian juga azab tehadap kaum Nabi Luth, kaum Nabi Musa, kaum Nabi Isa, dan manusia-manusia ingkar lainnya. Berdasarkan pengalaman tersebut, berarti suka atau tidak suka, sebahagian kita, di manapun kita berada, memang sedang ingkar kepada Allah selama ini.
Namun itu bukan berarti semua yang menjadi korban adalah orang-orang yang ingkar. Terkenanya sebahagian mereka yang baik-baik karena Allah berjanji untuk menyamaratakan azab baik terhadap yang melakukannya maupun yang tidak. Hal ini pernah ditegaskan dalam al-Qur’an, “Dan jagalah diri kamu daripada (berbuat) dosa (yang azabya) bukan hanya menimpa orang-orang yang zalim di antara kamu secara khusus (tetapi akan menimpa kamu secara umum)” (QS. al-Anfal: 25). Itulah sebabnya, setiap orang diwajibkan untuk mencegah setiap kemungkaran, kalau tidak ingin terkena dampak buruk terhadap semuanya.
0 komentar:
Posting Komentar